Akhir-akhir ini, kalimat ketidakpastian menjadi kian kencang diperbincangkan, baik di kalangan pebisnis, karyawan, professional, hingga tukang ojek. Dan ketidakpastian tersebut berbanding lurus dengan keresahan berbagai pihak, khususnya rakyat jelata.

Apa gerangan yang terjadi? Ya keresahan itu terutama dipicu oleh ketidakpastian kondisi ekonomi Indonesia pada Kuartal I 2015, dimana ketidakpastian sangat nyata dirasakan oleh semua kalangan.

Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Mbah Buyut Albert Einstein bahwa “uncertainty is part of reality” yang maknanya adalah “ketidakpastian adalah bagian dari kenyataan”. Maka apa yang terjadi saat ini adalah suatu keniscayaan yang meskipun belum tentu kita inginkan.

Tetapi inilah dunia tempat kita berteduh, bahwa sejatinya perubahan adalah abadi, dan benar setiap perubahan tentu membawa ketidakpastian, dan nyatanya ketidakpastian itu sendiri adalah sesuatu yang pasti terjadi.

Maka jika demikian adanya, apa yang harus kita lakukan terhadap ketidakpastian ini? Apakah dengan terus mengeluh dan menyalahkan keadaan yang bukan dalam kendali kita semua pasti akan menjadi lebih baik?

Bagian dari kajian kita tentang bagaimana memimpin dan mengelola perubahan, apa yang terjadi di Indonesia, faktanya juga terjadi di belahan dunia lain.

Yang sedang menjadi pergunjingan misalnya adalah bagaimana mungkin bangsa Yunani yang dahulu kala memimpin peradaban dunia bisa bangkrut dengan hutang yang menumpuk?

Kondisi dunia yang semakin rapuh dan mudah menjadi tidak pasti ini telah diteliti lebih dalam oleh Kolonel Stephen J Gerras,Phd. Seorang Profesor  di bidang Behavioral Science.

Bekerja di luar negeri dengan gaji tinggi tentu menjadi impian banyak orang di Indonesia. Banyak dari mereka yang melakukan berbagai cara agar bisa bekerja di luar negeri.

Terkait dengan itu, setidaknya ada 10 negara yang menawarkan gaji tinggi bagi siapa pun yang bekerja di sana. Dikutip dari www.topmensmagazine.com, Kamis (16/7/2015), inilah 10 negara yang dimaksud:

1. Amerika Serikat
Rata-rata pendapatan pekerja di AS sekitar 56.000 dollar AS per tahun (Rp 744,8 juta per tahun atau Rp 62 juta per bulan) dengan rasio pajak sebesar 23 persen. Walau demikian, lama bekerja mereka mencapai 44 jam per minggu.

2. Irlandia
Rata-rata pendapatan tahunan pekerja di Irlandia mencapai 51.000 dollar AS per tahun atau sekitar Rp 678 juta (Rp 56,5 juta per bulan). Meskipun perolehan gaji ini di bawah Luksemburg yang berada di urutan ketiga. Namun, pajak tahunan yang dikenakan hanya 18,9 persen, atau terendah di Eropa.

3. Luksemburg
Rata-rata pendapatan warga Luksemburg sekitar 55.000 dollar AS per tahun atau sekitar Rp 731 juta (Rp 60,9 juta per bulan). Akan tetapi, tingginya gaji itu juga dibarengi dengan tingginya pajak, yakni 28 persen per tahun. Kompas.Com

Page 4 of 4